Menunjukkan Jalan Dengan Murder

Jujur saja sebenarnya guru hanya berperan sebagai penunjuk jalan bagi siswa-siswinya agar mereka tidak tersesat saat menapaki jalan terjal berliku penuh onak dan duri. Berkat kesabaran dan ketulusannya jalan itu terasa seperti jalan tol, jalan mulus yang bebas dari kemacetan.  Agar jalan yang ditunjukkan benar-benar jalan yang bebas dari hambatan hendaknya guru mempunyai jiwa sabar seluas samudra, mempunyai semangat setinggi awan, mempunyai ilmu sejauh cakrawala. Dengan modal itu harapannya siswa-siswinya segan sehingga dengan sekali tunjuk mereka bergegas berlari sekencang-kencangnya menyusuri jalan ‘sirathal mustakim’ menuju ‘belantara kehidupan’ yang beragam coraknya tanpa tersesat. Kecepatan berlarinya pun diharapkan secepat kilat supaya kelak mereka semua menjadi orang hebat melebihi dirinya yang hanya sekedar sebagai penunjuk jalan sepanjang masa. Dalam hati guru selalu terpanjat doa semoga anak-anak binaannya menjadi juara dalam dunianya. Doa seorang guru adalah doa yang makbul. Setelah doa itu terkabul menjadi kenyataan, betapa bangganya. Ya hanya perasaan bangga itulah yang diidamkan sebagai balasan, betapa sederhananya.
Di jaman yang kata orang disebut jaman modern ini tugas guru sebagai penunjuk jalan bukan semakin ringan malah semakin  berat. Kondisi ini agak ironi semakin modern semakin banyak alat bantu kok malah tidak semakin meringankan. Kehadiran alat bantu tanpa fondasi ilmu memadai malah akan menjauhkan siswa dari jiwa dan roh belajar. Kehadiran internet malah menjadikan siswa malas membaca buku. Pasalnya dengan hitungan menit bahkan detik mesin pencari Google dapat dengan cepat menemukan informasi yang dicari.  Jika harus membalik-balik buku waktunya bisa berjam-jam. Sudah bukan rahasia lagi siswa sekarang kebanyakan dirasuki ‘penyakit instan’ seperti itu. Menguasai konsep dengan membaca buku dianggap buang-buang waktu, mereka lebih memilih langsung pada evaluasi, langsung mengerjakan soal. Jika menemui kesulitan baru melangkah mundur membaca sebagian halaman dengan serampangan. Penginnya semua serba cepat, termasuk belajarpun harus serba cepat. Membaca sedikit saja penginnya sudah mampu menggenggam dunia. Mana mungkin ? Belajar itu sebuah proses bukan sebuah hasil industri yang dapat dipercepat dengan mesin. Memang benar membaca sebagian halaman buku secara serampangan sudah berhasil mengais informasi yang dapat digunakan untuk menjawab soal. Memang benar Google sangat hebat dalam menemukan informasi yang dicari, tetapi informasi itu hanya sepotong-sepotong tidak melalui proses belajar yang prosedural dan berjenjang. Sehingga informasi yang diperoleh tidak mampu mengubah perilaku dalam ranah psikomotor maupun afektif. Kumpulan informasi itu hanya sebatas pengetahuan kognitif yang kurang bermakna. Padahal seseorang dikatakan belajar jika sudah mengalami proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Pengetahuan yang didapat nyata benar maknanya karena terpatri dalam jiwa dan direfleksikan dalam cara berpikir dan bertindak. Contoh sederhana jika seseorang sudah belajar tentang kebersihan, maka konsep kebersihan akan terpatri dalam jiwanya sehingga dia menyukai kebersihan, selalu berpikir bagaimana cara menjaga kebersihan dan melakukan tindakan nyata membuang sampah pada tempatnya.
Supaya siswa-siswi mengalami proses belajar yang sesungguhnya seperti contoh di atas guru dapat menerapkan cara belajar model MURDER. Murder adalah sebuah akronim dari Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review.
1. Mood - Suasana Hati
Selalu menciptakan suasana hati yang positif untuk belajar. Ini bisa dilakukan dengan mempertimbangkan waktu, lingkungan dan sikap belajar yang sesuai bagi siswa.
Suasana hati siswa yang masih dalam keadaan malas, tidak bersemangat, tidak antusias adalah hambatan utama dalam belajar. Pada awal pelajaran guru dapat menggunakan motivasi untuk menciptakan suasana hati yang positif. Lebih efisien jika motivasi menggunakan media audio visual. Melalui tayangan yang dikemas dalam aplikasi powerpoint guru dapat dengan mudah membawa siswa hanyut dalam suasana yang penuh antusias dan penuh semangat. Dengan mengkombinasikan video motivasi dan kalimat hikmah yang ‘bertuah’ siswa lebih mudah dipersiapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Langkah ini merupakan kunci untuk tahapan berikutnya. Jika langkah ini dapat dilakukan dengan sukses pintu menuju langkah berikutnya sudah terbuka lebar. Menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, langkah ini adalah langkah pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan poin 1a. yaitu menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Understand - Pemahaman
Menandai informasi bahan pelajaran yang tidak dimengerti. Memfokuskan pada bagian tersebut atau melakukan beberapa latihan untuk bagian tersebut.
Pada langkah ini guru memberi tugas membaca sebuah konsep dalam buku teks, siswa diminta menandai atau mencatat bagian yang belum dimengerti. Bagian yang belum dimengerti bagi masing-masing siswa bisa jadi tidak sama. Bagian tersebut sebaiknya direkap kemudian didiskusikan. Guru memberi kesempatan seluas-luasnya kepada semua siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang materi tersebut. Hendaknya guru menahan diri, guru tidak perlu tergesa-gesa memberikan penjelasan. Interfensi guru baru diperlukan saat semua pendapat siswa belum akurat. Menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, langkah ini adalah langkah pelaksanaan pembelajaran tahap inti poin 2a. yaitu eksplorasi
3. Recall - Ulang
Berhenti sejenak kemudian mengulang sebuah konsep yang baru dikuasai dengan kata-kata yang dibuat sendiri.
Siswa diminta menuliskan sebuah konsep dengan kata-kata sendiri di bawah bimbingan guru. Kemampuan menuliskan informasi dengan kata-kata sendiri merupakan indikasi keberhasilan siswa dalam memahami sebuah konsep.
4. Digest - Telaah
Kembali pada bagian yang belum dimengerti dan mempelajari kembali keterangan yang ada. Melihat informasi yang terkait pada artikel, buku teks atau sumber lainnya, atau melakukan diskusi.
Untuk mengecek pemahaman siswa guru menyodorkan kasus lain yang berhubungan dengan konsep yang baru dikuasai. Dalam hal ini guru perlu membekali diri dengan berbagai artikel atau berbagai buku elektronik yang dengan mudah dan cepat dapat ditayangkan melalui LCD projector. Atau dapat juga dengan mendesain pembelajaran dalam kelas yang selalu online sehingga guru dengan mudah dapat mengambil artikel dari internet. Menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, langkah ini adalah langkah pelaksanaan pembelajaran tahap inti poin 2b. yaitu elaborasi.
5. Expand - Kembangkan
Menanyakan tiga persoalan berikut terhadap materi yang telah dipelajari:
1. Andaikan kita bertemu dengan penulis konsep tersebut, pertanyaan atau kritik apa yang hendak kita ajukan?
2. Bagaimana kita bisa mengaplikasikan konsep tersebut ke dalam hal yang kita sukai?
3. Bagaimana kita bisa mengemas konsep yang sudah kita pelajari menjadi menarik dan mudah dipahami oleh orang lain ?
Dalam langkah ini guru menugasi siswa untuk membuat pertanyaan/kritikan serta mencari contoh aplikasi konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, langkah ini adalah langkah pelaksanaan pembelajaran tahap inti poin 2c. yaitu konfirmasi
6. Review - Pelajari Kembali
Kembali mengingat konsep yang baru dipelajari. Mengingat strategi yang telah membantu kita mengerti dan mengingat konsep tersebut. Jadi, menerapkan strategi tersebut untuk cara belajar kita berikutnya. Menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, langkah ini adalah langkah pelaksanaan pembelajaran tahap penutup.
Begitulah cara belajar model MURDER menjadikan pembelajaran terarah, dapat meminimalisir pengaruh waktu terhadap proses belajar mengajar. Antusias siswa saat siang hari yang panas relatif tidak berbeda dibanding pagi hari yang masih segar. Walaupun suasana sudah semakin panas dan stamina siswa sudah mulai menurun namun mereka tetap antusias dalam proses pembelajaran. MURDER dengan mudah memandu guru dalam melaksanakan tugas sebagai penunjuk jalan. Memudahkan guru dalam membangun fondasi dan ‘meniupkan roh’ keilmuan pada diri siswa. Jika fondasi sudah terbentuk dan proses pembelajaran sudah diikuti secara komprehensif kehadiran internet bukan lagi sebuah ancaman tetapi malah menjadi patner yang sinergis. Pada akhirnya menghasilkan siswa yang selalu berlandaskan ilmu dalam berpikir dan bertindak.

4 komentar:

  1. Pak.. ada buku nya?? Bisa dibeli d gramedia atau toko buku online gt???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku itu bisa dipesan via FB pada Istiqomah Almaky. Trim

      Hapus
  2. Bisa saya pesan buku itu pak....saya butuh buat skripsi...terima kasih.

    BalasHapus