Korupsi Di Mata Riyan

 Hari itu hari Selasa, Riyan pulang sekolah jam 13.30 karena harus mengikuti program pengayaan mata pelajaran IPS. Riyan sekarang duduk di kelas 4 SD. Untuk pelajaran IPS Riyan memperoleh nilai 92 melebihi kriteria ketuntasan minimal yang besarnya 75. Jam segitu bapak sudah di rumah. Bapak Riyan seorang guru. Guru sebuah SMP yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah. Sebuah SMP di kecamatan Pitu namanya. Sebuah kecamatan di seberang utara bengawan Solo. Kecamatan Pitu berbatasan dengan kabupaten Blora. Pulang sekolah Riyan buru-buru bercerita kepada bapaknya bahwa temannya yang bernama Rehan melakukan korupsi. Seolah olah anak sekecil itu paham betul apa itu korupsi. “ Bapak … masak Rehan korupsi to pak.” Katanya dengan terburu-buru sambil melepas sepatu, napasnya masih terengah-engah, sesudah bersepeda 2 km jauhnya. Riyan punya kebiasaan yang unik sekaligus menyenangkan. Apa saja yang dia alami selalu dia ceritakan kepada bapak-ibu dan kakaknya. Pengalaman yang menyenangkan, yang menyedihkan maupun yang menggelikan, seisi rumah jadi tahu karena sifat Riyan yang sangat terbuka. Riyan punya satu kakak Namanya Rara, Riyan tidak punya adik. “ Korupsi itu apa to ? Memangnya kamu tahu artinya korupsi ? “ Jawab bapak ngetes sejauh mana dia paham tentang korupsi. Dialog adalah cara bapak dalam memberi pelajaran, memberi nasihat dan menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak-anaknya. Anak seusia Riyan lebih menyukai dialog daripada perintah. Dengan dialog tidak terasa sebenarnya pikiran dan perasaan Riyan sedang diinstal software budi pekerti luhur yang sekaligus berperan sebagai anti virus. “ Ya tahu... Uang iuran teman-teman yang dibawa Rehan masak dihabiskan. Itu namanya korupsi to pak“ “ Dihabiskan untuk beli apa ? “ “ Gak tahu … paling beli pulsa. Rehan kalau sekolah bawa hape lho pak. Tadi saya satu kelompok dihukum karena tidak bawa kertas, lem, gunting. Padahal semua sudah iuran dua ribu, kemudian dibawa Rehan … tapi oleh Rehan tidak dibelikan bahan untuk membuat mozaik. ” Jawab Riyan dengan nada kesal teringat hukuman yang diterima padahal itu bukan kesalahannya. Kesalahan satu orang mengapa harus ditanggung banyak orang. Itu namanya tidak adil, pikirnya. “ Kelompokmu ada berapa anak ? “ Tanya bapak “ Empat. Saya, Rifki, Anang dan Rehan. Tadi pada saat pelajaran Seni Budaya kami semua dihukum … harus membersihkan ruang kelas. Kesal … gara-gara Rehan yang korupsi semua jadi rugi “ “ Ya sudah sana … ganti pakaian, cuci tangan dulu kemudian segera makan. Setelah itu bapak pengin cerita tentang korupsi dan dampaknya. ” Riyan melangkah menuju kamar untuk ganti pakaian kemudian berbalik ke kamar mandi, cuci kaki dan tangan. Selesai makan siang Riyan menghampiri bapak di ruang tengah, ruangan tempat santai seluruh keluarga. Ruangan itu cukup luas untuk santai sambil menyaksikan tayangan televisi atau memutar VCD wayang kulit kesukaan Riyan. Sudah sangat langka menemui anak seusia Riyan yang menyukai pagelaran wayang kulit. Siang itu udara musim kemarau cukup panas, sambil rebahan di atas kasur lantai Riyan mendengarkan cerita bapak tentang korupsi. Sebenarnya kata korupsi hampir setiap hari didengarnya dari televisi. Bupati dipenjara karena korupsi, anggota DPR disidang karena korupsi, pegawai pajak ditangkap polisi karena korupsi. Dari sekian banyak kasus korupsi yang didengarnya Riyan menghayati kemudian memaknai sendiri apa itu korupsi. Menurut Riyan korupsi sama dengan mencuri. Buktinya jika ketahuan akan ditangkap polisi dan dipenjara. “ TV nya dimatikan saja. “ Kata bapak mengawali cerita “ Korupsi memang ada kemiripannya dengan mencuri. Tetapi yang dicuri bukan milik perorangan. Cara mencurinya pun tidak langsung diambil barangnya. “ Kata bapak selanjutnya “ Tidak langsung mengambil barangnya ? Maksudnya bagaimana pak ? “ Riyan bertanya karena belum paham maksud bapak. “ Begini … Korupsi itu dilakukan oleh orang yang mempunyai kewenangan. Contohnya bapak saat ini menjadi panitia pembangunan pos kamling. Bahan yang dibutuhkan batu bata, pasir dan semen. Bapak membeli batu bata Rp 500.000 tetapi bapak melaporkan harganya Rp 600.000. Itu artinya bapak korupsi Rp 100.000. “ “ Yang untung kan penjual batu bata to pak. Kalau dibayar Rp 600.000. “ Kata Riyan masih belum paham “ Bukan … bapak tetap membayar Rp 500.000 tetapi bapak meminta Rp 600.000. kepada bendahara.“ Mendapat penjelasan bapak akhirnya Riyan menjadi paham “ Oo … begitu. Tapi bapak tidak melakukan seperti itu to ? “ Tanya Riyan bercanda “ Tentu tidak. Untuk kepentingan bersama berpikir keuntungan saja tidak boleh apalagi korupsi. Justru kita harus membantu memberikan sumbangan. Sumbangan bisa berupa dana, tenaga maupun pikiran. “ Kata bapak dengan nada mantap dengan tujuan tertanam dalam hati Riyan. “ Sebenarnya saya sudah tahu jawabannya pak. Bapak tidak mungkin melakukan korupsi. “ Kata Riyan bangga kepada bapak yang suka berkorban jika menyangkut kepentingan bersama. “ Korupsi itu dampaknya tidak hanya kepada satu orang tetapi banyak orang yang dirugikan. Umpamanya saja bapak melakukan korupsi dalam pembangunan pos kamling ini. Itu artinya bapak merugikan warga seluruh RT kita. “ Bapak menjelaskan dampak korupsi. Dampak korupsi sangat luas, bisa satu RT dirugikan, bahkan bisa satu kabupaten dirugikan misalnya korupsi pembangunan jalan. Karena dananya dikorupsi jalan yang dibangun berkualitas rendah, jalan gampang rusak dan berlobang. Warga yang menggunakan jalan tersebut yang menanggung akibatnya. “ Iya ya pak jika jalan banyak lobang akan membahayakan, kita naik sepeda menjadi tidak nyaman. Salah-salah bisa terjatuh jika kurang hati-hati. Kalau begitu Besok jika Riyan sudah dewasa tidak akan pernah melakukan korupsi bahkan Riyan akan menangkap pelaku korupsi karena merugikan banyak orang.” Sahut Riyan dengan bersemangat. “ Bagus… itu baru anak bapak. Tetapi soal temanmu Rehan jangan terburu-buru dituduh korupsi, bicarakan dulu baik-baik, mintalah dia berterus terang apa sebenarnya yang terjadi. “ Baru saja bapak menasihati Riyan, dari halaman depan rumah terdengar suara Anang dan Rifki memanggil-manggil Riyan. Bapak menyuruh Riyan segera menghampiri mereka. “ Yan … Riyan … “ Anang dan Rifki memanggil-manggil lagi “ Ya … tunggu. “ Riyan kemudian bergegas menghampiri Anang dan Rifki. Mereka bertiga kemudian ngobrol di teras, mereka membicarakan Rehan yang mengakibaatkan mereka dihukum bu guru. “ Yan ternyata Rehan tidak korupsi kok, tidak seperti yang kita tuduhkan. “ Kata Anang memulai percakapan. “ Iya Yan, ternyata Rehan itu anak baik. “ Rifki menambahkan “ Anak baik ? Baik bagaimana maksudmu ? Aku kok belum paham. “ Riyan bertanya karena belum paham maksud Rifki “ Begini… Pagi tadi saat Rehan pergi ke sekolah, dia berniat sekalian membeli kertas untuk tugas kelompok kita. Tetapi di sebelah utara toko Aries becak yang ditumpangi Rehan menabrak seorang ibu yang mengendarai sepeda. Akibatnya sepeda ibu tadi bannya bocor. “ Ganti Anang yang menjelaskan. Setiap pergi dan pulang sekolah Rehan selalu naik becak sebab dia belum berani naik sepeda sendiri seperti teman-temannya. Lagi pula orang tua Rehan kasihan kepada abang becak jika tidak mendapat penumpang, untuk sedikit berbagi rejeki orang tua Rehan meminta abang becak tetangganya untuk mengantar dan menjemput Rehan setiap hari. Pagi itu sambil ke sekolah sekalian Rehan beli kertas di toko Aries, toko yang sudah buka pagi-pagi sekali. Karena bukanya pagi toko Aries sangat membantu anak sekolah dalam mendapatkan perlengkapan. Pagi itu agak naas seorang ibu yang bersepeda tiba-tiba membelok karena menghindari jalan yang berlobang. Tabrakan tak bisa dihindari. “ Ibu tadi bingung karena sepedanya tidak bisa dikendarai, nampaknya dia juga tidak punya cukup uang untuk membawa ke tukang tambal ban. Akhirnya Rehan memberi ibu tadi uang sepuluh ribu sambil meminta maaf. Uang sepuluh ribu itu berasal dari uang iuran kita delapan ribu dan uang saku Rehan dua ribu. Makanya Rehan tidak jadi membeli kertas “ Rifki ganti menjelaskan. “ Kasihan ibu tadi. Celaka gara-gara jalan berlobang. Pasti dana pembangunan jalan itu dikorupsi. “ Kata Riyan sambil mengingat cerita bapak barusan mengenai korupsi pembangunan jalan. “ Lho kok menyalahkan yang membangun jalan ? “ Tanya Rifki dan Anang hampir bersamaan. “ Iya kata bapak jalan yang cepat rusak itu karena sebagian dananya dikorupsi. Jalan yang dibangun kualitasnya rendah. Banyak lobang membahayakan semua orang. “ Riyan menjelaskan dengan bersemangat. “ Karena korupsi terbukti merugikan banyak orang. Sejak sekarang kita harus berani melawan korupsi. “ Pekik mereka bertiga hampir bersamaan “ Jadi bukan Rehan yang korupsi. Kita salah sangka. “ Kata Anang disambut tawa mereka bertiga. “ Kalau begitu besok pagi kita harus minta maaf pada Rehan karena kita sudah salah sangka. “ Kata Riyan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar